Sunday, May 16, 2010

Latar belakang masalah pada penelitian dengan tema: komunikasi lintas budaya dalam resolusi konflik pada pernikahan antar budaya

Latar Belakang Masalah Pada Penelitian dengan Tema: Komunikasi Lintas Budaya Dalam Resolusi Konflik Pada Pernikahan Antar budaya

Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam etnis. Karena keragaman etnis inilah makanya banyak terjadi perkawinana campur. Pernikahan antar etnis seperti etnis Madura dan Melayu sbebnarnya sudah cukup lazim. Smemntara perkawinan antara Madura dan Cina sudah ada meski sedikit. Hal seperti ini kerap terjadi, seperti diulas di detik forum mengenai hubungan antar etnis Thionghoa dan etnis asli Indonesia. Banyak yang pro dan kontra dalam menanggapi masalah ini. Bagian yang pro adalah mereka yang setuju bahwa tidak ada lagi perbedaan antara etnis Thionghoa dengan etnis manapun, dan hasilnya keluarga mereka tetap harmonis. Sedangkan yang kontra adalah mereka yang tetap memilih sesama etnis dalam memilih pasangan hidupnya, yang tentu saja hal ini dikarenakan pertimbangan mereka masing-masing. Alasan umumnya adalah ingin tetap mempertahankan keturunan serta budayanya.

Untuk melakukan perkawinan beda etnis ini tentu saja didalamnya terdapat hambatan-hambatan. Jika ditelusuri lagi hambatan ini tentunya dikarenakan latar belakang budaya yang berbeda serta kerangka pola berpikir setiap induvidu. Seperti kita ketahui bahwa, permasalahan diskriminasi etnis Thionghoa di Indonesia merupakan warisan sejarah masa lampau ketika Belanda menerapkan politik devide et impera (politik memecah belah). Belanda mengadu domba antara golongan pribumi dengan etnis Thionghoa yang membuat mereka saling membenci. Secara tidak langsung melalui hal ini, antara etnis Thionghoa dan etnis non Thionghoa mengalami gap yang membuat mereka tidak bisa berbaur menjadi satu, yang tentu saja menjadikan salah satu hambatan ketika akan melakukan suatu hubungan etnis.

Hambatan-hambatan lain pun masih akan tetap ada. Hambatan yang terjadi ini seperti dikucilkan dari golongan mereka masing-masing, sering dipergunjingkan orang-orang. Perbedaan budaya, pengaruh lingkungan, sosiologi serta psikologi jugalah yang sering menjadi hambatan dalam berelasi dengan orang disekitar kehidupan kita yang berasal dari berbagai latar belakang budaya. Selain itu faktor agama juga menjadi hambatan yang sangat riskan. Banyak pasangan berbeda agama yang terpaksa mengikuti keyakinan agama pasangannya agar pernikahan mereka bisa disahkan secara hukum, atau banyak pola hubungan yang kandas di tengah jalan karena banyaknya hambatan yang muncul baik dari keluarga maupun negara.

Etnis masyarakat Malang terkenal religius, dinamis, suka bekerja keras, lugas dan bangga identitasnya sebagai anak Malang (AREMA). Komposisi penduduk asli berasal dar berbagai etnis, karena etnis Thionghoa menjadi etnis yang minoritas, tetapi didaerah pecitan malang sudah cukup banyak pasangan beretnis Thionghoa dan Jawa yang melalukan perkawinan beda budaya. Tetapi hal yang menarik adalah ketika pria yang beretnis Thionghoa menikah dengan etnis lain yang dalam penelitian ini dipilih perempuan yang beretnis jawa.

Hambatan mengenai gap yang tejadi masih terlihat. Seperti yang disebutkan dalam buku Haryono. Bahwa beberapa lingkungan, apabila mau diakui hubungan antar masyrakat Thionghoa dan Jawa kurang begitu harmonis, sehingga masih terbentuk stereotip-stereotip kuat tentang orang Thionghoa di Indonesia. Sebaliknya orang Thionghoa menumbuhkan stereotip tertentu tentang orang Jawa meskipun tidak atau jarang dilontarkan secara terbuka. Sehingga perbedaan budaya dan etnis inilah yang dapat dijadikan satu penelitian yang menarik.
Masalah utama dalam komunikasi antarbudaya adalah kesalahan dalam persepsi-persepsi sosial yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan buaya yang mempengaruhi proses persepsi. Pemberian makna kepada pesan dalam banyak hal dipengaruhi oleh budaya komunikasi.

Perkawinan antara etnis Thionghoa dan Jawa menjadi yang ingin penulis teliti. Dimana kebiasaan dari etnis Thionghoa yang tetap kental dengan budayanya serta pebedaan agama yang juga bisa menjadi faktor penghambat lainnya. Maka, bagaimana cara menyatukan persepsi masing-masing yang dilandasi dengan budaya dan kerangka pola berpikir yang berbeda supaya dapat meminimalisir hambatan dalam berkomunikasi, sehingga terbentuk suatu komunikasi yang baik.

Perkawinan campur yang melibatkan 2 etnis berbeda biasanya masih membawa kebiasaan budayanya masing-masing. Sehingga dalam melakukan proses komunikasi kedua belah pihak akan mengalami banyak hambatan yang menyebabkan distorsi pesan. Hambatan yang terjadi karena banyaknya perbedaan budaya dari kedua belah pihak.

Nama : Erika
Kelas : 2eb13
Npm : 20208449

No comments:

Post a Comment